Gugus senyawa terhalogenasi
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu pelarut polaar seperti air, dan pelarut non polar seperti lemak. Sifat hidrofilik atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedang sifat lipofilik atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam air disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar) sedangkan gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak disebut gugus lipofilik (hidrifobik atau nonpolar)
Gugus halogen mempunyai sifat yang khas, walaupun mempunyai efek elektronegatif relatif kuat tetapi bila disubtitusikan pada cincin aromatik akan bersifat lipofilik. Subtitusi pada rantai alifatik gugus –I,_Br,-CL akan besifat lipofilik, sedang gugus F bersifat hidrofilik. Hubngan sifat hidrofilik dan lipofilik dari senyawa.
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan aktivitas biologis dari senyawa seri homolog. Sifat keturunan juga berhubungan erat dengan proses absorpsi obat. Hal ini penting karena intensitas aktivitas biologis obat tergantung pada derajat absrobsinya.
Halogenasi adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan penambahan satu atau lebih halogen pada suatu senyawa atau material. Dehalogenasi adalah kebalikan dari halogenasi dan menghasilkan pelepasan halogen dari suatu molekul.[1] Jalur reaksi dan stoikiometri halogenasi bergantung pada struktur dan gugus fungsional pada substrat organik, serta pada halogen yang spesifik. Senyawa anorganik seperti logam juga mengalami reaksi halogenasi.
Reaksi ini memiliko ciri ciri:
1.Benzena bereaksi dengan atom halogen (gologan VIIA)
2.Menggunakan katalis FeCl3 atau FeBr3, maupun katalis yang mengandung besi (Fe)
3. Menghasilkan halobenzena (benzena yang memiliki gugus halogen) dan asam kuat
Halogenasi berdasarkan jenis haloge
1. Fluorinasi
Senyawa organik, jenuh dan tak jenuh, mudah bereaksi, biasanya eksplosif, dengan fluor. Fluorinasi dengan fluor elemental (F2) memerlukan kondisi dan peralatan yang sangat khusus. Metode ini disebut fluorinasi elektrokimia
2. Klorinasi
Klorinasi secara umum sangat eksotermik. Baik senyawa jenuh dan tak jenuh bereaksi secara langsung dengan klor, yang pertama biasanya membutuhkan cahaya UV untuk memulai homolisis klorin.
3. Brominasi
Brominasi lebih selektif dibandingkan klorinasi karena reaksinya yang kurang eksotermik. Brominasi umumnya dilakukan melalui adisi Br2 pada alkena. Sebagai contoh brominasi adalah sintesis organik pada halotana anestetik dari trikloroetilena.
4. Iodinasi
Iodin adalah halogen paling reaktif dan enggan untuk bereaksi dengan sebagian besar senyawa organik. Penambahan iodin pada alkena merupakan dasar dari metode analisis yang disebut bilangan iodin, ukuran tingkat ketidakjenuhan pada lemak.
apakah sintesis total selalu berawal dari suatu molekul yang simpel?
BalasHapusYa
HapusFluorinasi dengan fluor elemental (F2) memerlukan kondisi dan peralatan yang sangat khusus. Kondisi dan peralatan khusus seperti apa yang diperlukan?
BalasHapusBenar benar seteril trus ada juga syarat syaratnya misalnya bahan yg tdk menghasilkan senyawa yg belum tepat
Hapusapa itu senyawa yang terhalogenasi
BalasHapusTerhalogenasi merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) pada senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan unsur-unsur halogen seperti klorin, bromin dan iodin.
Hapusapa itu metode fluorinasi elektrokimia??
BalasHapusMetode fluorinasi elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama/ berbeda dalam suatu sistem elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia.
Hapusapa saja contoh senyawa terhalogenasi
BalasHapusCrh reaksi dengan f2
HapusBagaimana senyawa yang dapat dikatakan terhalogenasi?
BalasHapusbagaimana cara kita menentukan senyawa tersebut yang ada di laboratorium atau tidak?
BalasHapus